Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam masyarakat
Ketika Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan bahwa Republik Indonesia yang akan diproklamasikan memerlukan Dasar Negara yang kokoh dan kemudian mendapat persetujuan para Pendiri Negara untuk menjadikan usulnya yang diberi nama Pancasila Dasar Negara itu, maka sejak itu bangsa Indonesia mempunyai satu landasan atau Weltanschauung yang membedakannya dari bangsa-bangsa yang lain di dunia.
Dalam perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya Pancasila telah berperan amat besar dan bahkan menentukan. Dampak utama Pancasila sebagai Dasar Negara RI adalah bahwa hingga sekarang Republik Indonesia masih tetap berdiri meskipun selama 55 tahun harus mengalami ancaman, tantangan dan gangguan yang bukan main banyaknya dan derajat bahayanya. Pancasila telah menjadi pusat berkumpul (rallying point) bagi berbagai pendapat yang berkembang di antara para pengikut Republik sehingga terjaga persatuan untuk menjamin keberhasilan perjuangan. Pancasila juga memberikan pedoman yang jelas untuk menetapkan arah perjuangan pada setiap saat, terutama apabila harus dihadapi ancaman yang gawat yang datang dari luar. Pancasila juga telah menimbulkan motivasi yang kuat sehingga para pengikut Republik terus menjalankan perjuangan sekalipun menghadapi tantangan dan kesukaran yang bukan main beratnya. Dengan begitu Pancasila menjadi Identitas bangsa Indonesia. Namun ada satu kekurangan penting yang terdapat pada Dasar Negara kita, yaitu bahwa Pancasila belum menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat Indonesia.
Adalah amat aneh dan tragis bahwa Bung Karno sebagai pencetus Pancasila dalam menjalankan pemerintahannya malahan melanggar nilai-nilai Pancasila ketika menerapkan Demokrasi Terpimpin serta berbagai pengaturan politik dan ekonominya. Akibatnya adalah bahwa Bung Karno tidak berhasil menjadikan Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam masyarakat Indonesia.
Kemudian dalam masa Orde Baru Presiden Soeharto memang dapat menggolkan diterimanya Eka Prasetya Panca Karsa dalam MPR, diikuti dengan penyelenggaraan Penataran Pancasila secara luas oleh BP7. Akan tetapi politik pemerintah yang memaksa semua organisasi politik menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, justru bertentangan dengan Pancasila yang seharusnya merupakan ideologi terbuka. Itu semua tidak menjadikan Pancasila kenyataan yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Justru Pancasila didiskreditkan karena namanya digunakan untuk menutupi perbuatan dan tindakan yang melanggar nilai-nilai Pancasila. Antara lain berakibat bahwa Demokrasi Pancasila menjadi ejekan dan buah tertawaan karena sama sekali tidak ada demokrasinya.
Meskipun Pancasila selama 55 tahun berdirinya Republik Indonesia telah disalahgunakan oleh banyak penguasa, namun bagian terbesar rakyat Indonesia tetap menganggap Pancasila sebagai Dasar Negaranya. Tanpa Pancasila tidak ada Republik Indonesia. Hanya sebagian kecil saja rakyat Indonesia yang tidak menghendaki Pancasila karena terpengaruh oleh gagasan-gagasan lain yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu menjadi kewajiban kita untuk mengatasi kelemahan yang masih ada dan secara sungguh-sungguh serta mantap mengusahakan agar Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat. Justru ketika bangsa Indonesia mengalami tahap surut yang demikian parah usaha itu amat penting. Sebab dalam keadaan begitu terbuka peluang bagi mereka yang tidak menghendaki Pancasila untuk memaksakan gagasan mereka menjadi landasan hidup bangsa Indonesia.
Kita harus mengusahakan agar dalam masyarakat Indonesia nilai Ketuhanan Yang Maha Esa makin kuat, karena itulah landasan spiritual dan moral bagi perjuangan. Dengan landasan demikian perjuangan kita akan lebih ulet dan tahan terhadap setiap tantangan. Untuk itu kehidupan beragama harus dilakukan lebih mendalam dan tidak hanya dipandang dari sudut ritual belaka. Sekarang ada kemajuan bahwa mesjid, gereja dan pura makin banyak dikunjungi warga masyarakat. Namun ternyata bahwa faktor kuantitas ini belum diimbangi dengan faktor kualitas yang memadai. Itu terbukti dari perilaku banyak anggota masyarakat yang jauh sekali dari nilai spiritual dan moral yang tinggi. Rendahnya mutu kendali diri umpamanya merupakan indikasi dari kurangnya kualitas spiritual bangsa.
Demikian pula nilai-nilai lain masih perlu sekali terwujud dalam kehidupan yang nyata. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab harus makin meningkatkan perwujudan Hak-Hak Azasi Manusia serta kepedulian sosial. Persatuan Indonesia harus memperlihatkan makin berkembangnya kesempatan bagi setiap daerah untuk mengatur dirinya dengan pelaksanaan otonomi yang luas; sebaliknya makin kuat persatuan antar-daerah dalam negara kesatuan Republik Indonesia sehingga tidak terjadi disintegrasi nasional. Kerakyatan atau Demokrasi sekarang memang sedang meningkat sejak Reformasi, termasuk kebebasan atau kemerdekaan pers. Namun yang terjadi malahan kebablasan yang merugikan masyarakat pada umumnya ketika perorangan atau golongan tertentu terlalu memanfaatkan kebebasan untuk kepentingannya sendiri. Keadilan Sosial masih sangat perlu diwujudkan, antara lain dalam bidang ekonomi melalui perwujudan kekuatan ekonomi rakyat yang meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Ini baru beberapa cuplikan dari hal-hal yang harus kita usahakan agar Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat.
Lawan dan Kendala yang kita hadapi
Usaha untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup bukannya tanpa tantangan atau gangguan. Dan itu datang dari dalam tubuh bangsa kita sendiri maupun dari luar. Seperti sudah dikatakan ada pihak-pihak yang mempunyai pandangan lain atau bahkan mempunyai kepentingan yang berbeda.
Dulu selalu dikatakan bahwa Pancasila menghadapi tantangan dari mereka yang ingin mendirikan satu negara Islam di Indonesia. Akan tetapi anggapan demikian sudah tidak benar. Sekarang kebanyakan pemimpin organisasi Islam menyatakan bahwa Pancasila yang harus menjadi Dasar Negara RI dan mereka setia kepadanya. Mereka tiba pada kesadaran itu melalui berbagai jalan dan bukan karena pemaksaan seperti yang dialami dalam masa Orde Baru.
Ada yang berpendapat bahwa Kitab Suci Al Quran tidak mengatakan harus ada Negara Islam. Yang harus diperjuangkan adalah agar nilai-nilai ajaran Islam dilaksanakan. Dan hal itu dapat dilakukan dalam negara berdasarkan Pancasila karena kebanyakan nilai ajaran Islam sama atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Ada yang lain yang tiba pada kesimpulan itu karena melihat bahwa Republik Indonesia meliputi banyak sekali suku bangsa dan tidak semua memeluk agama Islam. Oleh sebab itu untuk mempunyai satu negara yang kokoh kuat di segala bidang, maka sebaiknya Dasar Negara adalah Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila banyak persamaannya dengan ajaran Islam maka satu negara berdasarkan Pancasila dapat diterima sepenuhnya oleh umat Islam. Mungkin ada di antara umat Islam di Indonesia yang masih secara kolot hendak memperjuangkan satu negara Islam. Akan tetapi jumlah mereka amat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam Indonesia yang merupakan lebih dari 85 prosen penduduk Indonesia. Juga pemimpin mereka jauh lebih rendah kemampuannya serta kecil pengaruhnya dibandingkan dengan para pemimpin Islam yang menghendaki Pancasila sebagai Dasar Negara.
Yang lebih berat bagi perjuangan Pancasila adalah pandangan yang berasal dari dunia Barat dan diikuti oleh sejumlah warga negara Indonesia. Terutama sejak selesainya Perang Dingin antara blok Barat dan komunis, ada usaha pihak Barat dan khususnya Amerika Serikat untuk makin meluaskan pandangan hidupnya. Buku berjudul The End of History and the Last Man, karangan Francis Fukuyama merupakan salah satu indikasi dari gejala itu. Mereka mengatakan bahwa dengan diakhiri perlawanan blok komunis terhadap blok Barat yang memperjuangan liberalisme dan kapitalisme, tidak ada alasan bagi umat manusia dewasa ini untuk tidak mengikuti cara hidup dan pandangan dunia Barat. Katanya, sedangkan Russia sebagai bekas pusat blok komunis sekarang sepenuhnya menjalankan perubahan ke arah liberalisme dan kapitalisme, masakan bangsa lainnya tidak cukup sadar dan yakin akan manfaat pandangan itu. Oleh sebab itu politik luar negeri AS sekarang diwarnai oleh tekanan agar bangsa-bangsa yang tidak mengikuti pandangan itu merubah dirinya. Atau kalau tidak mau merubah dirinya harus siap untuk dirubah.
Samuel Huntington dari Universitas Harvard AS menulis buku berjudul The Clash of Civilizations. Pokok dari isi buku itu adalah pandangan bahwa perjuangan bagi dunia Barat setelah berakhirnya Perang Dingin adalah perbenturan peradaban antara Barat dengan Non-Barat, khususnya dunia Islam dan Asia Timur. Memang buku itu banyak disanggah oleh cendekiawan Barat, tetapi dalam kenyataan sekarang cukup terasa kebenarannya di masyarakat Barat. Apalagi karena manusia Barat pada umumnya bersifat agressif apabila mengejar kepentingannya.
Di tubuh bangsa Indonesia terdapat sejumlah orang, umumnya cendekiawan dan politikus, yang condong kepada pikiran Barat tersebut. Di antara mereka ada yang sejak 1945 sudah tidak setuju dengan Pancasila. Ada pula yang kemudian menjadi bersikap begitu karena hidup dan studi di dunia Barat atau banyak bersentuhan dengan dunia Barat. Andai kata mereka berdiri sendiri kita tidak perlu terlalu khawatir akan tantangan itu. Sebab jumlah mereka terbatas dan umumnya kurang mempunyai akar kepada masyarakat. Akan tetapi karena dari luar ada usaha kuat yang memang hendak mem-Baratkan seluruh umat manusia, maka tantangan yang kita hadapi tidak ringan. Pada umumnya keberhasilan mereka banyak ditentukan oleh kelemahan pihak kita sendiri berupa perbuatan-perbuatan yang mendiskreditkan Pancasila. Antara lain sistem politik yang diterapkan pemerintahan Presiden Soeharto yang dinamakan Demokrasi Pancasila sangat membantu mereka untuk menjelek-jelekkan Pancasila. Demikian pula luasnya Korupsi-Kolusi-Nepotisme di Indonesia yang timbul dalam sistem pemerintahan Soeharto yang menamakan diri pembela Pancasila. Dengan begitu mereka dapat mengatakan bahwa Pancasila hanya slogan dan omong kosong belaka. Sedangkan nilai-nilai Barat terbukti dalam kehidupan bangsa-bangsa Barat yang maju, demokratis, terjaga keadilan sosialnya dan HAM. Dapat kita lihat bahwa sekalipun mereka berjumlah sedikit, tetapi karena sejak Reformasi berlaku sangat agressif dan vokal, maka pengaruhnya kepada kaum muda cukup besar. Apalagi mereka kuasai bagian terbesar dari media massa karena mempunyai kekuatan dana yang tentu diperoleh dari bantuan luar negeri dengan memanfaatkan LSM.
Dilihat dari kenyataan sekarang maka perjuangan untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup bukan satu hal yang mudah dan ringan. Diperlukan sumberdaya manusia yang cakap dan ulet, organisasi, dana yang memadai serta kepemimpinan yang tepat.
Platform Perjuangan Tamansiswa
Perjuangan Tamansiswa sejak berdirinya di zaman penjajahan adalah didasarkan pada nilai kebangsaan dan kebudayaan atau kultural. Ki Hadjar Dewantara menyadari bahwa perjuangan kebangsaan harus bermuara pada kemerdekaan bangsa. Memperhatikan sifat kolonialisme Belanda maka disimpulkan bahwa perjuangan itu akan lama. Oleh sebab itu diperlukan banyak kader agar perjuangan tidak berhenti di tengah jalan. Ki Hadjar berpendapat bahwa karena alasan itu Tamansiswa harus menetapkan pendidikan sebagai jalan dan sarana utama bagi perannya dalam perjuangan kebangsaan itu. Maka Tamansiswa sejak permulaan melakukan kegiatan pendidikan yang bertujuan mendidik kader perjuangan kebangsaan.
Sikap Tamansiswa dalam menjalankan segenap usahanya tidak pernah lepas dari landasan kultural ke-Indonesiaan. Oleh sebab itu, meskipun Pancasila baru pada tahun 1945 dicetuskan oleh Bung Karno, namun pandangan Tamansiswa sejak semula tidak beda dari apa yang kemudian keluar sebagai usul Bung Karno. Tamansiswa juga menjunjung tinggi Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian pula Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan dan Keadilan Sosial. Sebaliknya Tamansiswa sejak semula juga melawan liberalisme dan kapitalisme yang merupakan sumber kolonialisme dan imperialisme.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa Tamansiswa dan semua hasil didiknya akan sependapat bahwa Pancasila harus selalu dijaga kelestariannya sebagai Dasar Negara RI. Dan usaha untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup pasti sesuai dengan pandangan dan kepentingan Tamansiswa serta segenap keluarga besarnya. Menjadikan Pancasila sebagai kenyataan hidup tidak berarti bahwa kita menolak nilai-nilai yang berasal dari Barat tetapi mempunyai manfaat dan dampak yang sangat baik dan penting bagi bangsa Indonesia, selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan satu contoh yang baik.
Oleh sebab itu pantas kiranya apabila Tamansiswa dalam Era Reformasi ini mempunyai satu platform perjuangan untuk dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi suksesnya Reformasi serta masa depan bangsa. Dan menentukan tema Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam masyarakat sebagai platform perjuangan itu. Dengan demikian peran Tamansiswa dalam perjuangan bangsa Indonesia akan kembali nampak serta menonjol.
Sebenarnya sejarah Tamansiswa dalam perjuangan bangsa menunjukkan bahwa Tamansiswa sebagai organisasi paling tepat untuk menjadi pelopor dalam perjuangan menjadikan Pancasila kenyataan hidup. Seperti dikatakan semula nilai-nilai yang diperjuangkan Tamansiswa sejak semula adalah sama dengan yang terdapat dalam Pancasila. Karena itu kepeloporan Tamansiswa dalam hal ini akan amat besar pengaruhnya kepada perjuangan bangsa di masa depan.
kesimpulan
Sudah diuraikan betapa perjuangan bangsa Indonesia sekarang sedang menghadapi persoalan dan tantangan. Untuk masa depan yang cerah haruslah Pancasila tetap dijaga kelestariannya sebagai Dasar Negara RI. Sangat penting dalam usaha itu adalah kalau Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat Indonesia. Dengan begitu bangsa Indonesia akan mempunyai Identitas yang jelas, yaitu Pancasila.
Namun usaha itu bukannya tanpa tantangan dan rintangan serta gangguan yang bahkan datang dari luar negeri di samping dari dalam negeri. Sebab itu perjuangan itu memerlukan kepeloporan. Berdasarkan sejarahnya Tamansiswa adalah tepat sebagai pelopor perjuangan menegakkan Pancasila sebagai kenyataan hidup.
Yang kita harapkan adalah agar segenap warga Keluarga Besar Tamansiswa menerima ajakan ini sehingga menjadi satu gerakan yang kuat dan ulet menuju ke keberhasilan serta masa depan bangsa Indonesia yang maju dan sejahtera lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar